Gedung Agung, Istana Kepresidenan Yogyakarta

“Wisata di Kota Yogya kini tidak hanya menawarkan keindahan alam dan budaya saja, lebih dari itu, para pengunjung juga bisa menikmati hal-hal lain yang tak kalah menarik, Salah satunya adalah mengunjungi Gedung Istana Negara Yogyakarta atau sering disebut Gedung Agung”.

 

GUDANGJOGJA.ID. Lokasi Gedung Agung Yogyakarta sebenarnya berada di deretan kawasan Malioboro. Namun dibandingkan tempat-tempat lain di sepanjang kawasan Malioboro, tempat ini tak banyak dikenal. Nah, untuk kamu yang belum tahu tentang Gedung Agung, Istana Kepresidenan Yogyakarta, yuk disimak faktanya! 

1. Dibangun pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Gedung Agung pada zaman dahulu digunakan untuk menerima tamu-tamu kehormatan (tamu agung) dan dibangun pada Mei 1824, ditujukan bagi residen-residen Belanda. Jenderal Hindia Belanda di Batavia menunjuk A.A.J. Payen, guru seni lukis Raden Saleh, sebagai arsitek bangunan ini.

Gedung ini berseberangan dengan Benteng Rustenburg yang sudah ada sejak 1767 walau pun sempat hancur akibat gempa dan dibangun kembali pada 1867. Benteng ini sempat hancur karena gempa bumi lalu dibangun kembali pada 1867 dan diberi nama baru menjadi Benteng Vredenburg yang terkenal hingga sekarang. Benteng ini dibangun dalam jarak tembak meriam ke arah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mencegah kemungkinan pembangkangan di lingkungan Kraton Yogyakarta kala itu. 

2. Pernah Menjadi Pusat Pemerintahan Presiden Republik Indonesia 

Sejarah Revolusi Indonesia pernah terjadi di Gedung Agung sekitar tahun 1946-1949. Pada tanggal 4 Januari 1946 Presiden Soekarno, Mohammad Hatta beserta keluarganya dijemput diam-diam dari Jakarta dan dibawa ke Yogyakarta. Selanjutnya pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta resmi menjadi Ibu Kota baru Republik Indonesia dan Gedung Agung menjadi Istana Kepresidenan. 

Baca juga: Sudah Tahu? Gedung Agung Yogyakarta Dibuka Untuk Umum Loh! 

3. Tempat Lahir Megawati Soekarnoputri 

Saat Yogyakarta menjadi ibu kota Repiblik Indonesia, Gedung Agung Ygyakarta, yang saat itu menjadi Istana Kepresidenan, menjadi tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarga. Ibu Fatmawati yang merupakan istri dari Presiden Soekarno yang saat itu sedang hamil tua, melahirkan Megawati Soekarnoputri pada Januari 1947 di Gedung Agung Yogyakarta. 

4. Memiliki Arsitektur Unik 

Istana Kepresidenan Yogyakarta berdiri di atas tanah seluas 4,2 hektar. Tempat ini berhadapan dengan bekas benteng VOC Fort Vredenburg di tepi jalan Jendral Ahmad Yani. Saat masuk ke pintu gerbang utama, akan terlihat patung raksasa penjaga pintu “Dwarapala” setinggi 2 meter. Juga terdapat Tugu Dagoba (tugu lilin) setinggi 3,5 meter yang terbuat dari batu andesit. 

Arsitektur bangunan memperlihatkan corak paduan desain lokal dan gaya Eropa. Bagian depan berhiaskan arca Jawa. Gaya Eropa terlihat menonjol pada bangunan Gedung Agung. Terdapat tiang-tiang besar gaya Doria di serambi depan dan ruang makan, cekukan tempat kaca di dinding dan untaian lampu gantung kristal. Perpaduan dengan unsur Indonesia tampak pada hiasan tembok berupa ornamen kain batik Iwan Tirta yang berhadap-hadapan dengan ukir-ukiran Jepara di ruang makan VVIP. 

5. Dwarapala, Arca Penjaga

Arca Dwarapala (biasa disebut juga Gupala), adalah arca batu setinggi 2 meter di depan gerbang utama Gedung Agung. Dwarapala berasal dari Bahasa Sansekerta, Dwara berarti Pintu Gerbang dan Gupala berarti penjaga, sehingga Dwarapala berarti “Penjaga Pintu Gerbang”.

Arca ini merupakan cagar budaya sejak era colonial Belanda. Dulunya arca ini berasal dari Candi Sewu, Prambanan, Klaten. Arca semacam ini diyakini sebagai penjaga bangunan/kuildalam kepercayaan Hindu/Budha. Selain arca Dwarapala, terdapat setidaknya 60 arca lainnya di komplek Gedung Agung.

6. Saksi Bisu Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia 

Pada masa pemerintahan Belanda, Gedung Agung semula merupakan kediaman resmi residen Belanda ke-18 bernama Anthonie Hendriks Smissaert di Yogyakarta (1823-1825). Pada 1867 saat terjadi gempa bumi, gedung tersebut sempat ambruk, dan dibangun kembali pada 1869. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Agung menjadi kediaman resmi Koochi Zimmukyoku Tyookan, penguasa tertinggi Jepang di Yogyakarta.

Ketika Karesidenan Yogyakarta ditingkatkan status administrasinya menjadi provinsi sejak tahun 1927, gedung itu kemudian berubah julukan menjadi Gubernuran atau Loji Gubernur. Gedung itu kemudian berubah julukan menjadi Presidenan ketika Presiden Soekarno dan keluarganya tinggal di sana.

7. Terdapat Beberapa Ruang Utama

Di Gedung Agung Yogyakarta terdapat beberapa ruang penting untuk keperluan kenegaraan. Ruangan itu diantaranya Ruang Garuda, Ruang Diponegoro, dan Ruang Soedirman. 

Ruang Garuda 

Merupakan tempat menyambut tamu kenegaraan. Di ruangan ini, Kabinet Republik Indonesia dilantik tatkala ibu kota negara berpindah ke Yogyakarta. Ruang itu juga dijadikan tempat sidang kabinet, pelantikan Jendral Soedirman sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (3 Juni 1947) serta pelantikannya sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (3 Juli 1947). 

Ruang Soedirman

Digunakan untuk mengenang perjuangan Jendral Soedirman saat melawan Belanda. Di ruangan ini pula dulunya Jendral Soedirman pamit untuk melakukan perang gerilya. 

Ruang Diponegoro

Digunakan untuk mengingat kembali perjuangan Diponegoro saat melawan penjajah. Di ruangan ini digantung lukisan Pangeran Diponegoro yang sedang berkuda.

*****

Nah buat kamu yang penasaran dengan Gedung Agung Yogyakarta, setidaknya fakta di atas bisa menambah wawasan, sebelum kamu berkunjung langsung ke lokasi. 

Oiya..Gedung Agung sekarang dibuka untuk umum loh!

Baca juga: Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Baca juga: Jalan Malioboro, Sudut Kota Jogja Paling Populer

Materi: www.id.wikipedia.org, berbagai sumber
Foto: @istanakepresidenanyogyakarta, @sanditatto, @suryaadilesmana, berbagai sumber