Masjid Gedhe Kauman, Masjid Raya Kesultanan Yogyakarta

GUDANGJOGJA.ID. Masjid Gedhe Kauman Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah masjid raya Kesultanan Yogyakarta, atau juga biasa disebut Masjid Besar Yogyakarta, dibangun oleh Sri Sultan HamEngku Buwono I pada tahun 1773. 

Masjid yang terletak di sisi barat alun-alun Utara, atau tepatnya di sebelah kiri Keraton Jogja yaitu di Kampung Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta ini didirikan di atas tanah 4.000 meter persegi dengan luas bangunan 2.578 meter persegi. Adapun tanah tempat dibangunnya masjid adalah milik Kraton Kasultanan Ngayogyokato Hadiningrat

Masjid Gedhe Kauman juga dikaitkan dengan konsep “Catur Tunggal” dimana dalam membangun kota ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu berpolitik, bersosialisasi, berjual-beli dan beragama. Dalam penerapan tata kota Yogyakarta, Kraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan (politik), Alun-alun sebagai pusat kegiatan masyarakat dan ruang interaksi publik (sosial), Pasar Beringharjo sebagai pusat perekonomian/ transaksi ekonomi masyarakat (jual-beli) dan Masjid Gedhe Kauman melambangkan aspek religious (agama).

Baca juga: Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

SEJARAH

Masjid ini didirikan di Kauman, sebuah kawasan Islam di dekat keraton yang pendiriannya terkait erat dengan berdirinya Yogyakarta pada tahun 1756 serta kedatangan para pemuka Muslim asing. Masjid Agung Kauman didirikan oleh Hamengkubuwono I bersama dengan Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat (Kepala Kraton pertama) dan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Dibangun pada Ahad (Minggu) Upah , 29 Mei 1773 atau 6 Rabi'ul Akhir 1187 dalam Kalender Islam.

Konon masjid ini sempat mengalami beberapa kali perubahan nama, mulai dari Masjid Gedhe, Masjid Agung, Masjid Besar hingga berubah lagi menjadi Masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta.

DAYA TARIK MASJID GEDHE KAUMAN

Masjid Gedhe Kauman merupakan salah satu masjid tertua di pulau Jawa. Bangunan khas "jawa kuno" yg megah dan klasih, menjadi daya tarik masjid ini. Masjid ini terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu pintu gerbang utama dan halaman, serambi dan bagian dalam masjid.

Masjid Gedhe Kauman dibangun dengan arsitektur religius khas Jawa dengan atap bertingkat tiga, minim menara, dan serambi. Masjid Agung Kauman dibangun di atas kompleks bertembok. Pintu gerbang upacara utama terletak di sisi timur dan di sisi utara. Sebuah mimbar tiga tingkat terletak di sebelah barat ( arah kiblat ). Masjid ini juga memiliki serambi utama beratap ( serambi ), ciri dasar arsitektur Jawa. Beranda dikelilingi kolam kecil yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum masuk masjid. 

Pintu Gerbang Utama dan Halaman

Kompleks Mesjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi. Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur, dengan arsitektur bernuansa keraton yang kental terlihat dari bentuk atap dan pendopo masjidnya. 

Di depan masjid terdapat sebuah halaman yang ditanami pohon tertentu. Di sebelah utara dan selatan halaman (timur laut dan tenggara bangunan masjid raya) terdapat sebuah bangunan yang agak tinggi yang dinamakan Pagongan. Pagongan di timur laut masjid disebut dengan Pagongan Ler (Pagongan Utara) dan yang berada di tenggara disebut dengan Pagongan Kidul (Pagongan Selatan). Saat upacara Sekaten, Pagongan Ler digunakan untuk menempatkan gamelan sekati Kangjeng Kyai (KK) Naga Wilaga dan Pagongan Kidul untuk gamelan sekati KK Guntur Madu.

Di barat daya Pagongan Kidul terdapat pintu untuk masuk kompleks masjid gedhe yang digunakan dalam upacara Jejak Bata pada rangkaian acara Sekaten setiap tahun Dal. Selain itu terdapat Pengulon, tempat tinggal resmi Kangjeng Kyai Pengulu di sebelah utara masjid dan pemakaman tua di sebelah barat masjid.

Serambi Masjid

Serambi ini merupakan bagian yang biasa digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti pengajian ataupun hanya sekedar tempat untuk diskusi. Di masjid ini kita kamu masih bisa menemukan bedug yang terkadang juga digunakan pada saat-saat tertentu. 

Bagian Dalam Masjid (Ruang Utama)

Lantai ruang utama dibuat lebih tinggi dari serambi masjid dan lantai serambi sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan halaman masjid. Di sisi utara-timur-selatan serambi terdapat kolam kecil. Pada zaman dahulu kolam ini untuk mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid.

Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, mihrab (tempat imam memimpin ibadah), dan sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut maksura. Pada zamannya (untuk alasan keamanan) di tempat ini sultan melakukan ibadah.

*****

Buat kamu yg berkunjung ke Kraton Jogja jangan lupa mampir ke masjid ini, menikmati suasana & bangunan masjid khas "jawa kuno" yg megah dan klasik, sambil menikmati jajanan yang banyak dijual di sekitar masjid.

 

Materi dan Foto: www.wikipedia.org, berbagai sumber