Piye Kabare? Isih PSIM Tho Dab?

“Sejarah jelas menunjukkan PSIM sebagai salah satu inisiator berkembangnya sepak bola di Indonesia. Ini pula yang menjadi alasan kuat kenapa warga Jogja sangat cinta pada PSIM”.

 

Selalu bersama menjadi satu…
Tak lelahku ku disampingmu…
Selalu bersama menjadi satu…
Aku yakin dengan kamu…
Ooo..wooo..ooo…ooo..wooo..ooo...

Petikan lirik “Aku Yakin Dengan Kamu”, anthem PSIM, rasanya sudah mendarah daging bagi warga Jogja. Yup, PSIM menjadi klub sepak bola kebanggaan warga Jogja. Buat kamu warga Jogja, atau punya pacar anak Jogja, atau warga pendatang yang pengen menetap dan hidup di Jogja (hehee..), wajib tau lebih lebih jauh PSIM. 

Yuk disimak ulasan lengkapnya! 

SEJARAH

PSIM, merupakan kependekan dari Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram, adalah sebuah klub sepak bola di Yogyakarta yang didirikan pada 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepak Raga Mataram atau disingkat PSM. Nama Mataram digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram (Ngayogyakarta Hadiningrat).

Kemudian pada tanggal 27 Juli 1930 nama PSM diubah menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram atau disingkat PSIM sebagai akibat tuntutan pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. PSIM sendiri saat itu sesungguhnya merupakan suatu badan perjuangan bangsa dan Negara Indonesia.

Pada tanggal 19 April 1930, PSIM bersama dengan VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta), BIVB Bandung (Persib Bandung), MIVB (PPSM Magelang), MVB (Madiun Putra FC), SIVB (Persebaya Surabaya), VVB (Persis Solo), YVC (Persijap Jepara) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. PSIM dalam pertemuan tersebut diwakili oleh HA Hamid, Daslam, dan Amir Noto. Setelah melalui perbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya organisasi induk yang diberi nama PSSI (Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia) pada tahun 1931 dan berkedudukan di Yogyakarta.

STADION

Stadion yang digunakan sebagai laga kandang PSIM adalah Stadion Mandala Krida dengan kapasitas 25.000 orang penonton. Stadion ini cukup layak untuk menggelar pertandingan sore maupun malam hari dikarenakan stadion ini mengunakan penerangan lampu berstandar nasional.

Dibawah pengelolaan Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) Dinas Dikpora DIY, kawasan kompleks Mandala Krida saat ini selain digunakan sebagai stadion sepak bola, juga untuk kegiatan olahraga lainnya seperti Sepatu Roda, Balap Motor, Atletik dan beberapa olah raga lainnya serta kegiatan non olahraga seperti Pameran, Bazar, Pentas Musik dan Upacara.

RAYNOR, MASKOT PSIM

Selain memiliki julukan Laskar Mataram, PSIM Yogyakarta juga memiliki julukan lain yaitu "Naga Jawa", berasal dari rumusan Candrasengkala atau Sengkalan dimana tahun lahir PSIM yaitu pada 1860 penanggalan Jawa atau 1929 di tahun Masehi yang identik dengan Tahun Naga. Simbol Naga Jawa juga banyak ditemui di gapura dan pintu masuk bangunan Keraton (Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tamansari). Termasuk logo PSIM saat ini juga mengambil filosofi dari Sengkalan.

Naga Jawa berasal secara filosofi, meskipun fisik naga namun juga berusaha memasukan watak ksatria di dalamnya. Maskot tersebut diberinya nama "Raynor", berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya prajurit yang tangguh, yang diambil dari unsur prajurit Keraton Jogja yang mempunyai watak ksatria.

Baca Juga: Makna Desain Lentera Jogja, Lampu Hias Di Sepanjang Malioboro

PENDUKUNG

Saat ini PSIM memiliki dua kelompok suporter, yaitu Brajamusti (Brayat Jogja Mataram Utama Sejati) dan The Maident (Mataram Independent), walaupun sebenarnya PSIM sendiri pada tahun 1989 sudah mempunyai nama fans/suporter yaitu PTLM (Paguyuban Tresno Laskar Mataram).

Brajamusti

Nama Brajamusti, kepanjangan dari 'Brayat Jogja Mataram Utama Sejati', dipilih melalui sayembara surat kabar waktu itu. Arti sesungguhnya dari kata Brajamusti adalah “Aji-ajian Sakti dari Gatutkaca”. Dalam kisah Mahabarata, Gatutkaca adalah salah satu anak dari Bima, salah satu anggota Pandawa Lima. Katutkaca dikisahkan sebagai sosok yang gagah perkasa dalam pewayangan dengan Brajamusti sebagai aji-aji pamungkasnya.

Maksud dari pengambilan nama Brajamusti sebagai wadah suporter PSIM adalah supaya Brajamusti menjadi senjata atau aji-ajian yang ampuh untuk PSIM dalam menghadapi lawan-lawannya dipentas sepak bola Nasional.

Baca Juga: Masjid Gedhe Kauman, Masjid Raya Kesultanan Yogyakarta

The Maident

Perkembangan arah pemikiran mengehendaki pula perubahan di dalam dunia suporter PSIM Yogyakarta. Teriakan-teriakan revolusi PSSI dimana sepak bola sudah terlalu dipandang bermuatan politik praktis baik kedaerahan dan nasional semakin sering terdengar. Hal tersebut yang melatarbelakangi pemikiran sebuah konsep baru hingga terbentuklah The Maident. Dengan didasarkan semangat berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, demi PSIM Yogjakarta kembali kepada kejayaannya, The Maident menjadi garda terdepan mendukung kemajuan PSIM Yogyakarta.

*****

Sejarah jelas menunjukkan PSIM sebagai salah satu inisiator berkembangnya sepak bola di Indonesia. Ini pula yang menjadi alasan kuat kenapa warga Jogja sangat cinta pada PSIM. 

Piye kabare?

Isih PSIM tho Dab?

 

Baca Juga: Sendratari Ramayana, Berlatarbelakang Candi Prambanan Nan Megah
Baca Juga: Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Materi: berbagai sumber
Foto: @mandala_krida, @psimjogja_official, @psimupdate, berbagai sumber

https://linktr.ee/gudangjogjaid